Karimun

Mahasiswa Kundur Soroti Aktivitas KIP Pasir Timah , Yang Menimbulkan Dampak Lingkungan dan Ekonomi

16
×

Mahasiswa Kundur Soroti Aktivitas KIP Pasir Timah , Yang Menimbulkan Dampak Lingkungan dan Ekonomi

Sebarkan artikel ini
Foto Dok Ist

Mahasiswa Kundur,Karimun ikut menyoroti aktivitas Kapal isap produksi (KIP) pasir timah yang beroperasi di wilayah perairan Kelurahan Sawang, Kecamatan Kundur Barat.

Dalam Pertemuan yang digelar Oleh Sekretariat Daerah Kabupaten Karimun (SEKDA) Bersama Nelayan yang tergabung dalam (PMNS) dan Dihadiri oleh Kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Karimun,Nelayan menyampaikan bahwa keberadaan KIP telah menimbulkan berbagai permasalahan, terutama terhadap Pencemaran Lingkungan laut dengan Adanya Limbah serta keberlangsungan hidup para nelayan.

“Lalu Dengan adanya Kapal tersebut saya menilai kalau sudah Nelayan mengeluh hasil tangkapan yang menurun drastis, Tentunya dampak Kelestarian Lingkungan laut juga ikut terdampak. menjadikan Air laut menjadi keruh,terumbu karang rusak, dan lokasi tangkap ikan nelayan juga mereka semakin sempit serta limbah yang merugikan Nelayan,” ujar Jhoko prasetiya Karimun,Jumat (13/05/25).

Keluhan juga datang dari nelayan setempat, yang menyebutkan bahwa sejak Kapal Isap Produksi (KIP) beroperasi, mereka harus melaut lebih jauh untuk mendapatkan hasil yang layak serta limbah yang dihasilkan sangat mengganggu laut sekitar. Hal ini tentu saja menambah beban biaya operasional, terutama bahan bakar dan waktu serta Kerusakan lingkungan laut.

“Kami Mahasiswa berharap ada kajian lingkungan (AMDAL) yang benar-benar independen dan transparan. Jangan sampai masyarakat nelayan terus menjadi korban dari eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan,” tegas Jhoko prasetiya

Kami Mahasiswa Kundur (Karimun), Mendesak Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun dan Instansi terkait untuk segera Mengevaluasi dan Mempertimbangkan dampak jangka panjang dari aktivitas tambang laut tersebut. Mereka juga menekankan pentingnya mendahulukan hak hidup masyarakat nelayan yang selama ini bergantung pada laut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *