BeritaBerita UtamaKepulauan RiauLinggaNasional

Dabo Singkep, Doeloe Dan Sekarang

30
×

Dabo Singkep, Doeloe Dan Sekarang

Sebarkan artikel ini
Keterangan Foto: PT Timah Tbk. Foto Pekerja PT Timah era kolonial Belanda

Selingsing.com, Lingga – Di sore hari yang begitu indah, pemandangan bengkel bekas perusahaan timah itu, telah di jaga oleh pemerintah, Beberapa bangunan pun mulai dibangun termasuk museum timah.

M Ali Syawal , Seorang Pria Lansia tengah  melihat bengkel tempat bekerja nya semasa kejayaan emas di Implasmen Eks PT Timah, Dabo Singkep bersama teman nya Rio Wasli, salah satu pekerja sementara di PT Timah

Sesampainya dirumah melalui perantara secara tidak langsung, salah satu pekerja bor PT Timah , Rio Wasli (59)  menceritakan pengalamannya dan M Ali Syawal (70) sebagai narasumber pertama melalui via telepon WhatsApp kepada anaknya yang magang Di salah satu media ternama di Kepri.

Rio menyarankan untuk melihat laman web Timah, karena iya ingatan nya sudah lupa dengan sejarah garis besar perkembangan PT Timah Tbk

” Cobe bukak dekat internet, PT Timah ( Coba buka di Laman PT Timah ), Carik jek situ Tin Singkep kalau jaman belande, (Cari Tin Singkep pada masa kolonial Belanda), nanti kau jumpelah sejarah bekembangnye (Kamu akan menemukan sejarah perkembangan nya) ” saran Rio

Di lansir dari laman timah.com, Singkep merupakan wilayah bersejarah dengan masa kejayaan emasnya, karena menjadi salah satu perusahaan timah terbesar untuk Indonesia.

Pada era kolonial, Perusahaan timah tersebut dikelola oleh Belanda dengan nama Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SITEM) , Kemudian pada tahun 1953-1958, di ganti dengan nama PN Tambang Timah Singkep. Lalu, pada tahun 1976 berubah menjadi Perusahaan Perseroan dengan nama PT Tambang Timah Tbk. Terakhir, pada tahun 1998, berubah menjadi PT Timah Tbk sampai sekarang.

Rio Wasli sebagai perantara menyampaikan, bahwa sebagai Pensiunan PT Timah, M Ali Syawal  bekerja sebagai honor selama 2 Tahun pada tahun 1975 di Kantor Unit Penambang Timah Singkep (UPTS)/PT Timah Singkep

Pada Saat Itu, M Ali Syawal bekerja dibagian tambang semprot Dabo, terbagi menjadi beberapa lokasi, seperti Sungai Raya daerah Bukit Tumang, daerah pemandian air panas, Air Hitam, Bukit Kapitan, Serayak , dan masih banyak kolong yang tersebar di Dabo.

M Ali Syawal di alihkan ke bagian Kapal Keruk , Proses Pencucian Timah dilakukan di Kapal Keruk menggunakan mangkok keruk yang telah dipasang pen (penghubung).

Tahun 1977, ia kemudian diangkat menjadi Staf karyawan Golongan Sei 2 di bagian Kapal Keruk. Titik operasional nya di Prayon, Kundur, Tanjung Balai Karimun. Saat itu , Status M Ali Syawal sebagai Mandor atau Pengawas.

Banyak Anak Banyak Rezeki

Di Bawah PT Timah, Fasilitas Staf dan Karyawan ditanggung oleh PT Timah.
Karena kemajuan itu, M Ali Syawal yang bekerja di PT Timah mendapatkan Pemasangan Listrik, Air, Pendidikan, Rumah, Transportasi, Kebutuhan Primer.
Misalnya memiliki Anak 7 orang, maka akan mendapatkan 70 Kilo beras.

Pendidikan anak-anak yang berprestasi nya di biayai oleh PT Timah di Mess Timah, Bandung. Selain itu pekerja golongan tinggi, Pendidikan Untuk anak-anak mulai jenjang TK UPTS dan SD PN di bangun yang berlokasi di Jalan Pagoda, Dabo Singkep. Untuk jenjang SMP dan SMA menggunakan biaya sendiri.

Masa Kejayaan PT Timah

Dabo lebih dahulu berkembang sebelum Batam dan Tanjungpinang karena kejayaan masa PT Timah.

M Ali Syawal saat bekerja di PT Timah, Infrastruktur di Dabo sudah maju sebelum Batam dan Tanjung Pinang. Mulai dari Jalannya yang beraspal, infrastruktur PLN dan PLTA, rumah sakit. Sarana tersebut diberikan lengkap kepada pekerja dan dibangun oleh perusahaan timah.

Transportasi seperti pesawat Poker F-27 dan kapal sudah masuk. Jika salah satu anggota keluarga dari pekerja PT Timah Tbk, didatangkan dokter dari Jakarta ke Rumah Sakit UPTS Dabo.

Dari Tunjangan tersebut, menjadi bukti  alasan utama mengapa petuah banyak anak banyak rezeki.

Keruntuhan PT Timah Dabo

Pada Tahun 1991, Dirut Kuncoro datang ke Dabo mengumumkan perusahaan PT Timah Dabo ditutup, M Ali Syawal beranggapan bahwa Dabo tidak memenuhi biaya operasional. Sedangkan Hasil Timah tersebut di salurkan ke Jakarta dalam bentuk batangan untuk di ekspor.

Sehingga Masyarakat Dabo terkejut (Kaget) dengan pengumuman tersebut sehingga Ekonomi Di Dabo Singkep mulai perlahan-lahan turun, sehingga Dirut Kuncoro menyarankan pekerja untuk memilih Pensiun Dini atau Bekerja di Karimun sebagai Karyawan PT timah Tbk

Kebanyakan pekerja memilih Pensiun Dini, karena faktor usia. Kemudian kebijakan PT Timah selanjutnya memberikan uang sebesar 20 Juta alias di bayar habis. Semua kebutuhan dan Fasilitas pekerja tidak ditanggung lagi oleh PT Timah Tbk.

Beberapa Bulan Kemudian, Setelah PT Timah ditutup, Mangkok Keruk di ambil oleh Oknum yang tidak bertanggung jawab dan langsung dijual ke tempat loak besi.

Untuk M Ali Syawal iya selanjutnya bekerja di PT Timah Tbk Kabupaten Karimun dan pensiun pada tahun 2008 di Kabupaten Karimun M Ali di tepat kan di daerah Prayon

Adapun dampak Ekologi dari hadirnya PT Timah Terakhir menurut keterangan Rio Wasli bahwa semenjak ditutup PT Timah Dabo Singkep pada tahun 1991, Banyak bekas penambangan yang tidak di tutup Kembali sehingga menjadi Kolong – kolong (Danau) dan tidak dikelola kembali oleh Pemerintah Daerah Sekarang, sehingga tempat tersebut hanya menjadi tempat hidupnya jentik-jentik penyakit yang ketika besar berkembang menjadi nyamuk malaria, karena pada saat masa timah berjaya kolong-kolong tersebut tidak ditutup kembali atau di reboisasi kembali sehingga di saat hujan turun nyamuk tersebut membawa virus penyakit yang berdampak pada kesehatan masyarakat Dabo Singkep Kabupaten Lingga (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *