Oleh: Hendri Efendi, Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kesenian Gubang dari Kepulauan Jemaja adalah salah satu warisan budaya yang luar biasa. Seni pertunjukan ini bukan sekadar tarian biasa; di balik setiap gerakan dan alunan musiknya, tersembunyi cerita panjang tentang sejarah, adat, dan tradisi masyarakat Jemaja yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sayangnya, kini Kesenian Gubang menghadapi tantangan besar. Perkembangan zaman dan derasnya pengaruh globalisasi membuat generasi muda kehilangan minat terhadap seni ini, yang dulunya menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat.
Sejarah Kesenian Gubang
Kesenian Gubang memiliki asal-usul yang unik. Menurut cerita di Desa Mampok, seni ini bermula dari pengalaman mistis para nelayan yang mendengar suara pesta dari dalam hutan ketika memancing malam hari. Mereka melihat makhluk menyeramkan menari dengan iringan gong dan gendang. Terpesona dengan gerakannya, para nelayan menirunya hingga lahir tarian Gubang. Awalnya, tarian ini digunakan dalam ritual tolak bala untuk mengusir gangguan makhluk halus, namun lambat laun berkembang menjadi hiburan masyarakat. Seni ini pertama kali tumbuh di Dusun Bayur dan Dusun Air Kenanga, Desa Mampok, Kecamatan Jemaja.
Makna Filosofis dan Tantangan Modern
Gubang bukan hanya soal tarian atau musik tradisional. Kesenian ini adalah ekspresi budaya yang mencerminkan hubungan erat masyarakat Jemaja dengan alam, spiritualitas, dan kehidupan sehari-hari. Setiap gerakan dalam tarian memiliki makna simbolis mendalam, yang mencerminkan kekayaan filosofi lokal.
Namun, arus hiburan modern telah membuat seni tradisional seperti Gubang semakin terpinggirkan. Anak-anak muda Jemaja lebih tertarik pada budaya populer yang dianggap lebih relevan. Hilangnya minat terhadap Gubang memunculkan kekhawatiran akan punahnya identitas budaya masyarakat Jemaja.
Menjaga agar Kesenian Gubang tetap hidup bukanlah hal yang mustahil. Generasi muda memegang peran penting dalam pelestarian seni ini. Di era teknologi, mereka dapat memperkenalkan Gubang melalui media sosial, video dokumentasi, atau adaptasi dalam format yang lebih modern.
Selain itu, pemerintah dan swasta perlu mendukung pelestarian Gubang dengan mengadakan acara budaya, festival, atau lomba seni tradisional. Penelitian mendalam tentang sejarah dan filosofi Gubang juga penting untuk memastikan seni ini dipertahankan secara fisik dan intelektual.
Keterlibatan masyarakat lokal sebagai penjaga utama tradisi ini juga sangat penting. Edukasi tentang pentingnya Kesenian Gubang harus terus dilakukan melalui sekolah, komunitas budaya, dan kegiatan sosial.
Kesenian Gubang adalah simbol kebanggaan Jemaja, penghubung antara masa lalu dan masa kini. Jika seni ini punah, hilang pula bagian penting dari identitas masyarakat Jemaja. Dengan kreativitas, inovasi, dan semangat melestarikan budaya, Gubang tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga menjadi kebanggaan di tingkat nasional bahkan internasional.
Melestarikan Gubang bukan hanya soal menjaga tarian atau musiknya, tetapi juga menjaga cerita, nilai, dan warisan leluhur yang membentuk kita hari ini. Mari bersama-sama merawat Kesenian Gubang agar tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jemaja, dari generasi ke generasi.