BeritaBerita UtamaKepulauan RiauLingga

Rumah Ludes, Satu Warga Gugur, dan Pemerintah Masih Diam

43
×

Rumah Ludes, Satu Warga Gugur, dan Pemerintah Masih Diam

Sebarkan artikel ini

Selingsing.com, Lingga — Sudah berapa rumah harus terbakar, dan berapa nyawa lagi harus melayang, sebelum mobil pemadam kebakaran pertama tiba di Senayang, Pertanyaan itu kini menggantung di udara, menyelimuti duka warga Kelurahan dan desa di Senayang, Kabupaten Lingga, yang dalam sebulan terakhir tak hanya kehilangan rumah, tapi juga kehilangan seorang warganya.

Pada Selasa pagi (8/4/2025), api membara menghanguskan enam rumah warga. Kobaran yang bergerak cepat, dibantu angin dan bangunan kayu, meluluhlantakkan permukiman dalam hitungan jam. Warga panik, berlarian, sambil bergantian menyiram api menggunakan ember dan alat seadanya. Tak satu pun mobil pemadam datang — karena memang, di Senayang, damkar adalah barang langka yang tak pernah ada.

“Kalau ada damkar, mungkin tidak separah ini. Kami cuma bisa saling bantu, pakai ember,” ujar seorang warga, matanya memandang puing-puing rumah yang kini hanya tinggal arang.

Belum habis luka itu, Kamis (1/5), bencana kembali mengetuk pintu Senayang. Kali ini, kobaran api bukan hanya merenggut harta, tapi juga nyawa. Saharuddin, seorang warga yang ikut memadamkan api dengan tangan kosong, tertimpa reruntuhan bangunan. Ia sempat dilarikan ke RSUP Tanjungpinang, namun tak tertolong. Ia meninggal dunia, Sabtu (3/5), meninggalkan istri, anak-anak, dan luka mendalam bagi Senayang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lingga, Oktanius Wirsal, mengakui, material kayu mempercepat penyebaran api. Tapi ia tak menjelaskan, kenapa hingga hari ini Senayang, yang wilayahnya rawan, belum punya unit pemadam sendiri.

“Memang benar, saat warga memadamkan api, Saharuddin tertimpa reruntuhan rumah,” kata Oktanius singkat.

Kini, jenazah Saharuddin dipulangkan ke kampung halamannya menggunakan speedboat milik Pemkab Lingga. Di Senayang, keluarga menanti dengan mata sembab, menyambut sang pahlawan tanpa tanda jasa — korban nyata dari absennya kesiapsiagaan pemerintah.

Di tengah derita ini, warga Senayang kini angkat suara. Mereka menuntut Pemerintah Kabupaten Lingga segera menempatkan unit damkar lengkap beserta petugasnya di kecamatan mereka. “Cukup sudah kami memadamkan api pakai ember. Cukup sudah korban berjatuhan sebelum ada yang turun tangan,” ujar salah seorang tokoh masyarakat setempat.

Tragedi ini bukan sekadar bencana kebakaran. Ia menjadi alarm keras yang menampar kesadaran pemerintah daerah: bahwa nyawa warganya seharusnya tak jadi taruhan hanya karena ketiadaan alat pelindung paling dasar. (Budi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *